Jakarta memang menggiurkan bagi usaha cuci mobil. Jumlah populasi mobil yang merupakan yang terbanyak di antara kota-kota besar di Indonesia dan kepedulian pemilik mobil akan gaya hidup menjadi daya tarik yang tak terhindarkan. Mungkin ini pula yang mendorong banyak pengusaha daerah mencoba peruntungan di Ibu Kota menjalani usaha ini.
Anton Lisman, bisa disebut orang daerah yang lebih dulu mencium peluang ini. Ia boyongan dari Malang pada tahun 2001 untuk mencoba bisnis ini. “Saya sampai menjual dua rumah untuk memulai usaha ini di Jakarta,” paparnya. Sebelum memulai Anton melakukan survey dulu. Akhirnya pilihannya jaduh ke Bintaro Sektor I. Padahal di sana sudah ada beberapa tempat pencucian mobil yang sudah terkenal. “Ada sekitar lima sampai tujuh,” cerita Anton.
Anton tak peduli dengan banyaknya pesaing yang lebih dulu eksis di situ. “Dari survey yang saya lakukan layanan dari semua itu sama. Mereka hanya mencuci mobil saja,” kata Anton. Anton lalu membawa kakaknya untuk mencoba layanan cuci mobil di tempat pencucian mobil di sana. Saat itu juga, kata Anton, kakaknya langsung tertawa. “Kalau cuci mobil seperti ini bisa dilakukan di rumah,” kata Anton menirukan kakaknya.
Nah, karena itu, kata Anton, ia makin yakin apa yang sudah dilakukannya di Malang jika diterapkan di Jakarta layanan cuci mobilnya pasti laku. Maklumlah sebelum boyongan ke Jakarta Anton sudah berhasil mengelola tempat pencucian mobil di kota Malang dengan nama Cling Car Cleaning Service
Cling Indonesia
Sebelum terjun ke bisnis cuci mobil ini, kata Anton, ia sudah mencoba ikut ayahnya yang bekerja di Kabelindo. Ia juga pernah ikut kakaknya yang bekerja di perusahaan advertising. Namun semua itu tak cocok bagi bakat Anton. “Bakat saya mungkin di cuci mobil. Saya sudah suka cuci mobil sejak lama,” tuturnya.
Tahun 1999 Anton membuka tempat pencucian mobil di Malang. Berbeda dengan tempat cuci mobil lain, layanan yang diberikan Anton menekankan pada perawatan mobil. Cuci mobil, katanya, hanya satu bagian dari upaya perawatan itu. Jika tahu cuci mobil untuk perawatan maka ia akan melakukannya dengan penuh detail. Sampai-sampai, katanya, di tempatnya, usai dicuci mobil akan kering, tak ada tetesan air dari kaca spion. Mobil pun jadi cling, bersinar. Itulah yang dilakukannya di Cling Indoensia.
Tahun 2001 ia nekat pergi ke Jakarta. Selain menjual dua rumah ia juga menutup usaha Cling-nya di Malang. Tujuh orang tangan kanannya juga ia boyong ke Ibu Kota. Mengenai SDM ini, kata Anton, itulah faktor utama keberhasilan bisnis cuci dan perawatan mobil. “Faktor yang mempengaruhi bisnis ini adalah 25-30% obat (bahan kimia yang digunakan), 50% skill (keterampilan tenaga pencuci mobil), dan 20% kondisi mobil yang dicuci,” paparnya. Cuci mobil bukan membuat mobil lebih bagus namun menghilangkan kotoran-kotoran, jamur, dan sejenisnya dari bodi mobil, bukan memperbaiki mobil penyok, katanya.
Setelah melakukan survey akhirnya Cling Indonesia berdiri di Jalan Kesejahteraan, Bintaro. “Pada saat itu cuci mobil di tempat lain memasang tarif Rp 17.500 sampai Rp 20.000. Saya pasang tarif Rp 50.000,” katanya. Keberanian bersaing dengan harga tinggi itu, kata Anton, dengan pertimbangan, ia menawarkan layanan cuci mobil yang lebih profesional, lebih detail, dengan hasil jauh lebih bagus meski proses pencuciannya lama. Sasarannya kelas menengah ke atas.
Meskipun dengan pemasaran sederhana dengan cara membentangkan spanduk seadanya dan harga yang jauh lebih mahal, dalam waktu seminggu Cling sudah dipenuhi mobil-mobil yang mencuci mobil di sana. “Mereka penasaran, apa sih yang ditawarkan dengan Rp 50.000 itu? Ternyata mereka puas. Mereka malah banyak yang memberi tips pada anak-anak karena merasa puas,” cerita Anton lagi.
Saking larisnya Anton sampai harus membuka Cling mulai dari jam delapan pagi hingga jam delapan malam. Namun akhirnya jam bukanya dikurangi karena ia merasa kasihan pada karyawannya. “Akhirnya saya buka Cling hanya delapan jam sehari. Saya kasihan sama anak-anak, mereka kan bukan robot,” tuturnya.
Menawarkan Franchise
Hingga akhir tahun 2004 Anton masih mengelola satu gerai yang di Jalan Kesehatan itu. “Tahun 2005 saya mulai menawarkan franchise,” katanya. Ia menawarkan franchise dengan nama Cling Classic dengan investasi Rp 750 jutaan. Layanan ini diberikan untuk pemilik mobil kelas menengah ke atas. Hingga tahun 2008 jumlah gerainya bertambah menjadi lima yang semuanya berada di Jakarta. Dari kelima gerai Cling itu hanya satu yang dimiliki Anton. Sisanya punya mitra. “Mitra saya adalah pelanggan saya di Bintaro Sektor I,” katanya.
Tahun ini Anton menawarkan dua paket franchise baru yaitu Cling Corner dan Cling Speedy Box. Cling Corner adalah layanan cuci mobil di mal-mal, sedangkan Cling Speedy Box adalah layanan cuci mobil kilat menggunakan mesin pencuci mobil khusus. Cling Corner ditawarkan investasinya Rp 170 juta sedangkan Cling Speedy Box Rp 1,55 miliar. Mahalnya investasi untuk Cling Speedy Box karena mesinnya harus diimpor.
Untuk memasarkan franchise-nya ini Anton mengikuti pameran franchise di beberapa daerah. Waktu pameran di Balai Kartini Jakarta, Februari lalu, Anton juga memamerkan franchise Cling-nya. “Semula saya mendugha yang akan hadir adalah calon investor yang datang dari Jabodetabek atau Bandung. Nyatanya saya dapat mitra dari Jakarta, Banjarmasin, dan Denpasar. Ketiganya sudah MOU untuk paket franchise Cling Classic,” kata Anton.
Sedangkan untuk Cling Corner ia akan bekerjasama dengan pengelola mal. Selain itu, ia menyebutkan, jika semula paket ini untuk ditempatkan di mal, sekarang ia menambah alternatif tempatnya dengan membuka pla di ruko-ruko. “Saya putuskan ini ketika mengingat saya pun memulai usaha ini di Malang dari ruko,” katanya.
Tahun 2009 ini ia menargetkan akan menambah 12 gerai baru Cling Classic dan 20 gerai Cling Corner. Melihat pengalaman di pameran di Balai Kartini tadi yang mendapatkan tiga mitra, dari empat pameran yang ia ikuti sepanjang tahun ini, ia yakin target itu bisa tercapai.
Untuk meningkatkan layanannya pada para pelanggan mulai Maret ini Anton meluncurkan paket berlangganan. “Paket ini diperuntukkan bagi pelanggan yang ingin mobilnya terawat sepanjang tahun,” katanya. Paket ini ditawarkan dengan iuran tahunan Rp 2,5 juta. Namun karena dalam masa promosi Anton memberi diskon dengan harga paket Rp 1,5 juta untuk mobil kecil, Rp 1,65 juta untuk mobil sedang, Rp 1,750 juta untuk mobil besar dan Rp 1,9 juta untuk mobil extra large. “Extra large ini seperti Toyota Alphard dan sebagainya,” katanya.
Meski sekarang banyak pemain bergerak di bisnis ini, Anton yakin pasar cuci mabil tak akan jenuh. “Selama ada mobil pasti perlu dicuci, pasar ini tak ada matinya,” katanya. Ia juga tak khawatir akan banyaknya pesaing. Ia tahu ia memiliki SDM yang bisa dipercaya dengan skill yang bisa bersaing. (Majalah DUIT Edisi No. 04/IV/April 2009)